Seorang nenek tampak berjalan terbungkuk dan tertatih sembari membawa beberapa ikat kue moci di tangan kanannya serta menggandeng tangan seorang pria paruh baya yang terlihat menderita stroke.
Ia adalah nenek Upi, nenek Upi saat ini telah berusia 85 tahun. Ia berprofesi sebagai penjual kue mochi keliling. Suaminya telah lama meninggal dunia dan anak satu-satunya Dadang (55) saat ini menderita stroke yang cukup berat hampir tujuh tahun terakhir, sehingga ia hanya bisa bergantung kepada ibunya seorang.
Dadang tak mampu lagi bekerja dan berkegiatan seperti dulu karena tangan dan kaki kanannya sudah sulit untuk ia gerakan. Ia juga sudah tidak mampu berkomunikasi dengan baik karena kondisinya. Bahkan saat kami mencoba bertanya kepadanya, ia hanya bisa menangis seolah menyesali kondisi dan keadaan yang ia alami. Padahal jauh dilubuk hatinya, ia ingin membahagiakan ibunya. Bukan malah menjadi beban bagi ibu yang sangat ia sayangi itu.
Nenek Upi dan Dadang saat ini tinggal di sebuah rumah panggung yang telah lapuk dimakan usia. Entah sampai kapan rumah itu akan kuat untuk bertahan melindungi mereka berdua. Nenek Upi yang berharap ingin memperbaiki rumahnya tak tahu kapan ia bisa mewujudkan harapannya itu. Karena dengan penghasilannya menjual kue moci yang ia pinjam dari orang lain, ia hanya bisa mendapatkan Rp. 2.000,- dari setiap kue moci yang ia jual.
Tentu saja penghasilan yang ia dapatkan tidaklah menentu. Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk makan saja ia sudah sangat kesulitan. Belum lagi ia harus memikirkan kesehatan anaknya. Nenek Upi berharap ia bisa mengobati sang anak, namun ia kesulitan untuk melakukannya karena ia juga harus memprioritaskan kebutuhan sehari-hari mereka berdua. Terutama untuk mengisi perut mereka berdua setiap harinya.
Kendati demikian Nenek Upi tetap berharap suatu saat nanti ia bisa mengobati anaknya sebelum ia pergi. Ia berharap ada keajaiban yang bisa membuat anaknya sembuh Kembali seperti sedia kala. Nenek Upi juga berharap ia bisa memperbaiki rumah panggung miliknya agar tidak membahayakan dirinya dan juga anaknya yang sangat ia sayangi itu. Meskipun ia tidak tahu bagaimana dan darimana ia bisa mendapatkan uang untuk mewujudkan harapannya itu.
Nenek Upi hanya bisa sekedar berusaha dan berdo’a agar suatu saat harapan nenek bisa terkabul. Nenek Upi yang tak pernah mengeluh ini masih sering tersenyum dan tertawa saat berbincang menceritakan kisah hidupnya yang getir.
Sungguh kesabaran yang luar biasa dalam menjalani kerasnya kehidupan yang selama ini harus ia lalui. Nenek Upi juga berharap ia bisa memiliki modal untuk membuka warung kecil di rumahnya agar ia setidaknya tidak harus berkeliling lagi bersama dengan anaknya untuk mencari sesuap nasi. Karena dengan tubuhnya dan juga kondisi anaknya tentu sudah sangat sulit bagi mereka untuk terus berkeliling menjajakan dagangan seperti saat ini.
Insan Baik, mungkin nenek Upi tak mampu mewujudkan harapannya sendiri tanpa bantuan dari kita semua. Mari buka hati untuk bersama-sama membangun kehidupan nenek Upi agar ia bisa menikmati usia senjanya dengan penuh kebahagiaan. Mari bantu Dadang agar kembali sembuh seperti sedia kala agar ia juga bisa membahagiakan ibunya dan mampu menjalani masa depannya dengan keadaan yang lebih baik. Nenek Upi juga membutuhkan modal usaha agar ia tak harus berkeliling lagi untuk mendapatkan sesuap nasi.
Berapapun bantuan yang kita berikan kepada mereka berdua akan sangat membantu untuk mewujudkan harapan mereka berdua. Tentu seberapapun banyaknya yang kita berikan akan menjadi tabungan bagi kita kelak.